Senin, 07 Mei 2012

- SUPERMOON



Supermoon dari balik daun
SUPERMOON, sebuah kata yang cukup menghebohkan. Apalagi bagi para muda mudi yang sedang jatuh cinta, karena bagi mereka memandangi bulan purnama sambil duduk berdua dengan sang kekasih merupakan saat yang sangat romantis.
Tetapi apakah benar-benar sefenomenal itukah Supermoon?
Menurut para ahli Astronomin, Supermoon adalah sebuah fenomena yang terjadi saat Purnama bersamaan dengan waktu perigee (saat posisi Bulan berada di titik terdekat Bumi). Hal ini menyebabkan saat Supermoon, Bulan akan tampak 10 persen lebih dekat dengan bumi atau hanya sekitar 350.000 km). Dampaknya, Bulan akan 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang. Supermoon bukanlah peristiwa langka, namun Supermoon yang terjadi pada Minggu malam (6/5/2012) berbeda dengan Supermoon yang terjadi di tahun 2011 (19/3/2011) karena waktu Purnama dan waktu perigee hanya terpaut 1 menit. Hal inilah yang membuat Supermoon ini menjadi salah satu peristiwa yang dapat digolongkan cukup langka.
 
Supermoon, 6 Mei 2012
Supermoon bukanlah suatu peristiwa Astronomi karena dalam Astronomi tidak dikenal istilah khusus saat Purnama dan waktu perigee hampir bersamaan atau bersamaan. Supermoon merupakan istilah dalam dunia Astrologi yang berupaya mengaitkan gerakan benda langit dengan dampaknya bagi manusia. Hal ini menyebabkan Supermoon memiliki dampak sangat besar pada manusia. Salah satunya, adalah dikaitkannya Supermoon dengan bencana. Kejadian gempa Jepang tahun 2011 lalu, menurut sejumlah pihaksalah satunya disebabkan oleh Purnama yang berada di titik terdekat dari Bumi ini.
Bagi para ahli Astronomi sendiri, Supermoon adalah peristiwa biasa saja yang tidak ada kaitannya dengan bencana. Supermoon hanya akan mempengaruhi air pasang di laut, tapi hal tersebut tidak signifikan sekali. Meskipun demikian, bagi para ahli Astronomi, Supermoon tetap punya daya tarik, antara lain dapat digunakan Supermoon untuk memperbaiki perhitungan-perhitungan astronomis. Perbaikan tersebut bisa memberikan dampak pada kehidupan sehari-hari, seperti perhitungan terjadinya pasang surut, peringatan hari raya keagamaan dan sebagainya.

Demikianlah fenomena Supermoon.







Read More......

Sabtu, 05 Mei 2012

- KARIMUNJAWA


Karimunjawa adalah kepulauan yang terletak di Laut Jawa dan masuk dalam wilayah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Pulau Karimunjawa yang mempunyai luas daratan sekitar 1.500 hektar dan luas perairan sekitar 110.00 hektar telah ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai Taman Nasional pada tanggal 15 Maret 2001. Karimunjawa dengan ombaknya yang tergolong rendah dan jinak serta dibatasi oleh pantai dengan pasir putih yang halus merupakan rumah bagi terumbu karang, hutan bakau, hutan pantai, serta hampir 400 spesies fauna laut bahkan beberapa fauna langka juga berhabitat disini seperti elang laut dada putih, penyu sisik dan penyu hijau. Sedangkan dewadaru (crystocalyx macrophyla) merupakan tumbuhan khas Taman Nasional Karimunjawa.

Seperti tempat – tempat wisata lain di Indonesia, Kepulauan Karimunjawapun mempunyai legenda tersendiri yang beredar dimasyarakat antara lain legenda tentang keprihatinan Sunan Muria (salah seorang Sunan yang termasuk dalam jajaran Wali Songo) atas kenakalan Amir Hasan, putranya. Selajutnya dari puncak Gunung Muria, secara samar/kabur atau dalam bahasa Jawa disebut “kremun – kremun” Sunan Muria melihat sebuah pulau dan untuk mendidik Amir Hasan, Sunan Muria memerintahkan putranya untuk pergi ke pulau tersebut agar Amir Hasan dapat memperdalam dan mengembangkan ilmu agamanya. Karena tampak “kremun – kremun” itulah maka dikenallah pulau tersebut dengan sebutan “Pulau Karimun”.

Ada banyak tempat yang menjadi tujuan utama para pelancong saat mengunjungi Pulau Karimunjawa dengan sebuah kapal motor bermesin truk Fuso (entah buatan tahun berapa sehingga mungkin pabriknya pun sudah lupa pernah memproduksi mesin tersebut) milik nelayan setempat, antara lain :
  1. Pulau Cemara Besar yang berjarak sekitar +/- 7 sampai 10 mil laut dari pulau Karimun, merupakan surga bagi para pelancong karena mereka dapat bersnorkeling atau bermain dihamparan pasir putih yang berkilauan diterpa sinar matahari. Bagi para pelancong yang gemar bersnorkeling, pulau Cemara Besar adalah salah satu spot yang memiliki keindahan alam bawah laut yang sangat menawan bahkan jika beruntung dapat bertemu si “Nemo”, 1 (satu) jenis ikan yang sangat popular karena pernah diangkat ke layar kaca di Amrik.
  2. Pulau Tanjung Gelam, pulau ini merupakan spot terbaik untuk berburu “Sunset”. Saat - saat “Sang Raja Siang” tampak perlahan tenggelam di ufuk Barat merupakan pemandangan yang menakjubkan yang dapat disaksikan di pulau Tanjung Gelam. Terlebih lagi saat “Sang Surya” terlihat hanya separuh bulatan dan perhalan – lahan menghilang ditelan lautan. Warna merah sisa – sisa kekuasaan siang masih sanggup ditunjukkannya, seakan permohonan diri untuk sejenak undur diri.
  3. Pulau Menjangan Kecil, seperti halnya pulau Cemara Besar, pulau Menjangan Kecil merupakan spot keindahan pesona bawah laut. Dengan perairan dangkal dan arus air tidak begitu kencang, keindahan bawah laut pulau Menjangan Kecil didominasi oleh karang – karang yang berbentuk seperti bunga mawar yang dihiasi dengan berbagai jenis ikan hias yang pasti akan menghibur setiap pelancong yang bersnorkling ria.
  4. Pulau Menjangan Besar, di pulau yang mempunyai hamparan pasir putih yang berkilau diterpa sinar matahari diringi lambaian pohon – pohan kelapa terdapat penangkaran penyu dan ikan hiu yang mempunyai ukuran cukup besar, bahkan di kolam penangkaran hiu, para pelancong dapat menguji adrenalin dengan berenang bersama hiu dan seekor Penyu Raksasa.
Dibalik keindahannya, alam bawah laut menyimpan suatu bahaya yang cukup besar jika tidak berhati – hati dan mengindahkan segala peraturan yang ada, seperti arus bawah laut yang kadang – kadang berubah kencang dan terutama binatang laut berbisa, yaitu “bulu babi”. Namun, apabila para pelancong mengindahkan semua peraturan yang ada dan mau bersahabat dengan alam maka hal itu semua dapat dihindarkan.




 
Tertarik untuk berlibur dan menikmati keindahan Kepulauan Karimunjawa..?
Terdapat 3 (tiga) alternatif untuk mencapai pulau Karimun, yaitu dengan menggunakan :
  1. Kapal Penyeberangan Cepat (KPC) Kartini I dari pelabuhan Tanjung Emas, Semarang yang berangkat menuju Karimun setiap hari Sabtu pagi pukul 09.00 Wilayah Waktu Indonesia Bagian Barat (WWIBB) dan akan kembali dari Karimun menuju Semarang pada setiap hari Minggu siang pukul 14.00 WWIBB dengan jangka waktu tempuh 4 (empat) jam.
  2. Ferry Penyeberangan Muria (KM Muria) dari pelabuhan Kartini, Jepara menuju pulau Karimun setiap hari Sabtu pagi pukul 09.00 WWIBB dengan jangka waktu tempuh sekitar 8 (delapan) jam (untuk KM Muria, saya mohon ma’af karena saya belum pernah menggunakan KM Muria sehingga data – data yang saya peroleh kurang lengkap).
  3. Jalur udara dari Bandara Ahmad Yani, Semarang menuju Bandara Dewadaru di Pulau Kemujan yang menggunakan pesawat sewa jenis “CASSA 212” (bukan Wiro Sambleng lho … ha.ha.ha) yang disediakan oleh PT Wisata Laut Nusa Permai yang dikelola oleh Kura – Kura Resort dengan jangka waktu tempuh sekitar 30 (tiga puluh) menit. Saran kami .. sebaikanya para pelancong untuk melakukan “Check and Recheck” lebih detail tentang jadwal transportasi yang akan digunakan karena tidak setiap hari alat – alat transportasi tersebut melayani rute tersebut di atas.

Read More......

Senin, 17 Oktober 2011

- MITONI

Calon orang tua yang akan melakukan upacara Mitoni
Kehamilan dipercaya merupakan fase di mana calon jabang bayi sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya melalui perantaraan sang ibu. Hubungan psikis antara ibu dan anak pun sudah mulai terjalin erat mulai dari fase ini. Bagi orang Jawa, kehamilan adalah bagian dari siklus hidup seorang manusia. Oleh karena itu keberadaan si calon jabang bayi selalu dirayakan oleh masyarakat Jawa dengan ritual yang bernama MITONI.
Mitoni adalah sebuah ritual dalam adat Jawa yang diadakan ketika kandungan memasuki usia tujuh bulan dan bertujuan agar calon bayi dan calon ibu selalu mendapatkan keselamatan. Sementara itu, Mitoni sendiri berasal dari kata pitu atau tujuh, sedangkan ritual mitoni atau tingkeban merupakan dapat yang telah ada sejak jaman kuno yang diceritakan secara turun temurun, diceritakan :
“… Sepasang suami istri, Ki Sedya dan Niken Satingkeb, pernah punya anak sembilan kali, tetapi semuanya tidak ada yang berumur panjang. Meskipun telah meminta bantuan kepada banyak orang pintar (dukun) namun mereka belum juga bisa mengatasi hal tersebut, sehingga merekapun memberanikan diri untuk memohon pertolongan dari Raja Jayabaya yang terkenal sakti dan bijak serta sangat dekat dengan rakyatnya. Raja Jayabaya meminta suami istri tersebut untuk rajin menyembah Tuhan (Gusti), selalu berbuat baik, welas asih kepada sesama. Dalam menjalankan doa, mereka harus menyucikan diri dengan mandi suci memakai air yang berasal dari tujuh sumber. Kemudian berpasrah diri lahir dan batin untuk memohon kepada Gusti apa yang menjadi kehendak mereka, terutama untuk kesehatan dan kesejahteraan anak – anak mereka (calon bayi). Rupanya, Tuhan memperkenankan permohonan mereka. Ki Sedya dan Niken Satingkeb mendapatkan momongan yang sehat dan berumur panjang. Untuk mengingat Niken Satingkeb, upacara mitoni juga disebut Tingkeban …”
Ada beberapa rangkaian upacara yang dilakukan dalam mitoni, antara lain :

Calon Kakek sedang melakukan siraman kepada Calon ibu
Upacara Siraman
Siraman berasal dari kata siram yang berarti mandi. Siraman bertujuan untuk pembersihan atas segala kejahatan dari calon ibu/orang tua bayi agar calon ibu/orang tua beserta bayi dalam kandungan menjadi suci lahir dan batin. Pelaksanaan siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau ditempat yang khusus dibuat untuk siraman yang telah dilengkapi dengan bak/tempat air yang telah diisi air yang berasal dari tujuh sumber air dan dicampur dengan bunga sritaman (setaman) yang terdiri dari mawar, melati, kenanga dan kantil. Dalam upacara siraman, calon ibu berpakaian kain putih atau hijau tanpa mengenakan asesoris duduk di atas sebuah kursi yang dialasi/dihiasi dengan sebuah tikar tua yang melambangkan agar orang tua calon bayi bekerja sesuai dengan kemampuan. Selain itu, kursi tempat siraman juga dihiasi dengan dedaunan seperti opok – opok, alang – alang, oro – oro, dadap srep, awar – awar dan daun kluwih yang melambangkan keselamatan dan kehidupan yang makmur. Adapun urutan orang yang mendapat kehormatan untuk memandikan adalah calon kakek, calon nenek dan disusul oleh beberapa ibu yang sudah punya cucu. Sesuai kebiasaan, jumlah yang memandikan adalah tujuh orang. Diambil perlambang positifnya, yaitu tujuh, bahasa Jawanya PITU, supaya memberi pitulungan/pertolongan.

Brojolan yang dilakukan calon Nenek
 Brojolan

Brojolan dilakukan dengan peluncuran dua buah kepala gading (cengkir) yang telah diukir gambar sepasang dewa – dewi yang cantik/bagus rupa dan baik hatinya, yaitu Dewi Ratih dan Dewa Kamanjaya kedalam kain yang digunakan oleh calon ibu. Kedua kepala gading yang diluncurkan dari perut atas calon ibu dan akan jatuh di atas tumpukan kain batik yang kemudian akan dibawa oleh calon nenek untuk diletakan di tempat tidur calon orang tua. Brojolan ini melambangkan kelahiran yang lancar dan selamat, sedangkan gambar Dewi Ratih dan Dewa Kamanjaya yang diukir pada dua cengkir bertujuan agar anak yang dilahirkan menjalani kehidupan yang baik, berbudi pekerti luhur dan mapan lahir batin. Selanjutnya, calon ayah akan mengambil sebuah kelapa cengkir dari dalam tempat air yang digunakan untuk siraman untuk dipecahkan dengan menggunakan sebuah golok. Pemecahan kelapa cengkir ini mempunyai makna untuk menentukan jenis kelamin dari sang calon bayi karena jika kelapa itu pecah jadi dua, hadirin yang datang akan berteriak “WADON” (perempuan) dan jika kelapa itu airnya menyembur keluar, hadirin akan berteriak “LANANG” (laki – laki). Namun semua itu hanyalah ritual, karena apapun jenis kelamin sang bayi merupakan tanggungjawab orang tua untuk mengasuh dan membesarkannya dengan penuh kasih dan sayang.
Selanjutnya, calon ayah akan melakukan pemutusan LAWE atau lilitan janur yang dililitkan dipinggang calon ibu. Pemutusan lawe ini bermakna agar kelahiran sang ibu berjalan dengan lancar.


Pendandanan calon ibu dengan Lurik motif Lasem
 Pendandanan calon ibu
Ritual selanjutnya adalah pendandanan calon ibu memakai enam motif kain batik dan satu motif lurik. Enam motif kain baik tersebut, antara lain terdiri dari motif Kesatrian (melambangkan sikap satria), motif Wahyu Tumurun (melambangkan wahyu yang menurunkan kehidupan mulia), motif Sidomukti (melambangkan hidup makmur), dan motif Sidoluhur (melambangkan budi luhur). Sementara, kain lurik menggunakan motif Lasem. Kain lurik ini menggambarkan kesederhanaan namun mempunyai kekuatan, sedangkan motif Lasem melambangkan perwujudan perajutan kasih bahagia yang bertahan lama. Hal inilah yang membuat tidak ada satupun kain batik yang pas (sreg) digunakan oleh calon ibu, sehingga pada saat kain lurik dikenakan kepada calon ibu, hadiran yang datang akan berteriak “Ya, ini cocok!”.

Demikianlah beberapa rangkaian upacara Mitoni yang kerab diadakan oleh masyarakat Jawa dalam menyambut kelahiran anak pertama. Rangkaian upacara itu dipercaya sebagai prosesi pengusiran marabahaya dan petaka dari ibu dan calon bayinya. Setelah melakukan dan menyaksikan serangkaian upacara tersebut, para tamu yang hadir diajak untuk memanjatkan doa bersama-sama demi keselamatan ibu dan calon bayinya. Tak lupa setelah itu mereka akan diberi berkat untuk dibawa pulang. Berkat itu biasanya berisi nasi lengkap beserta lauk pauknya.








narasi disederhanakan dari wikipedia terjemahan bebas
narasi ditulis oleh si pena tumpul
photo - photo dilakukan oleh Ale Senaru, Diatri Nari Ratih dan Hubertus Rangga Wea

Read More......

Selasa, 04 Oktober 2011

- UJUNG GENTENG

Nama daerah daerah yang terletak pada koordinat Global Positioning System (GPS) terletak di South 7.372260 dan East 106.402290 atau terletak di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi yang berjarak kurang lebih sekitar 220 kilometer dari Jakarta ini terdengar lucu, yaitu Ujung Genteng. Ujung Genteng merupakan daerah pesisir Selatan Pulau Jawa Bagian Barat yang memiliki karakteristik pantai Selatan Jawa pada umunya, yaitu airnya yang bersih dan ombaknya yang besar namun berbeda jauh dengan pantai Pelabuhan Ratu yang ombaknya terkenal ganas dan sering merenggut korban jiwa, pantai Ujung Genteng meskipun menghadap langsung (bebas) ke Samudra Hindia, ombaknya tidak membahayakan bagi para pelancong yang gemar bermain di laut. Hal ini karena adanya gugusan karang laut yang membentang sepanjang bibir pantai sehingga ombak besar dari tengah samudera lebih dulu pecah berserakan menghantam gugusan karang tersebut, sehingga para pelancong dari anak – anak sampai dewasa dapat dengan nyaman menikmati indahnya alam pantai dengan aman dan nyaman.
Penduduk Ujung Genteng sebagian besar berprofesi sebagai petani dan konon mereka adalah pendatang dari suku Jawa yang bermukim sehingga lambat laun berbaur dengan suku Sunda. Hal ini diperkuat dengan adanya Dermaga Tua yang konon pada masa Kolonial Belanda dijadikan sebagai tempat berlabuhnya kapal – kapal dagang yang berlayar di Samudera Hindia dan pada masa penjajahan Jepang, oleh tentara Nipon dermaga tersebut dijadikan sebagai tempat mengangkut hasil alam daerah Sukabumi ke tempat lain. Meskipun saat ini hanya tersisa puing – puing saja, namun tembok kokoh pemecah ombak dan pondasi mercusuar masih terlihat jelas.
Selain itu, di Ujung Genteng masih terdapat berbagai tempa tujuan wisata dan salah satunya yang paling banyak dikunjungi wisatawan adalah Air Terjun Cikaso atau dalam bahasa Sunda dikenal dengan nama Curug Cikaso. Curug yang mempunyai tinggi sekitar 30 (tiga puluh) meter ini mempunyai keunikan tersendiri, yaitu 3 (tiga) pancaran air yang berada pada 1 (satu) tebing yang sama.
Curug Cikaso terletak di desa Batusuhunan, Surade dengan jarak tempuh sekitar 1 jam dari Ujung Genteng. Untuk menuju lokasi curug dapat ditempuh dengan menyewa perahu yang disediakan oleh penduduk setempat selama 5 (lima) menit dengan tarif sebesar Rp80.000,- (delapan puluh ribu rupiah) per perahu yang dapat diisi sekitar 10 (sepuluh) orang setelah membayar restribusi masuk sebesar Rp2.000,- per orang. Ada 2 (dua) pendapat tentang saat yang paling tepat untuk mengunjungi Curug Cikaso, pertama pada musim penghujan karena debitnya yang tinggi membuat kita dapat menyaksikan kefantastikan Curug Cikaso. Pendapat lain, demi keamanan sebaiknya mengunjungi Curug Cikaso pada musim kemarau agar terhindar dari bahaya banjir tetapi semua dikembali kepada kita untuk memilih yang mana, yang penting ikuti selalu peraturan yang ada dan jangan langgar kesopanan setempat.
Selain curug Cikaso, masih banyak curug di wilayah Ujung Genteng dan yang cukup terkenal dan mudah dijangkau adalah curug Cigangsa. Curug Cigangsa yang boleh dikatakan sebagai Niagaranya Indonesia karena kita dapat menikmati curug tersebut dari atas yang hiasi dengan hijaunya pepohonan dan liku sungai dibawahnya.
Objek wisata selanjutnya adalah Pantai Cipanarikan atau yang lebih dikenal dengan nama Muara Cipanarikan yang merupakan tempat bertemunya Sungai Cipanarikan dengan Laut Selatan Jawa. Di muara ini Sungai Cipanarikan membentuk alur membelok sebelum masuk ke Laut Jawa sehingga membentuk hamparan pasir yang cukup luas. Di Muara Cipanarikan dapat ditemukan binatang – binatang laut seperti kepiting, belibis, biawak dan ikan – ikan muara serta jika beruntung kita dapat menyaksikan tenggelamnya matahari (sunset) yang romantis bersama sang kekasih. Muara Cipanarikan harus ditempuh dengan menggunakan ojek karena akses jalan yang cukup rumit dan agak mustahil untuk dilalui oleh kendaraan roda 4 (empat). Dan potensi wisata terbesar Ujung Genteng dan yang paling banyak diminati oleh para wisatawan (baik lokal maupun manca negara) adalah menyaksikan atau lebih tepatnya mengintip penyu hijau (cheloniamydas) bertelur dikawasan pantai Pangumbahan. Pantai yang terletak di Desa Gunung Batu Kecamatan Ujung Genteng dengan butiran pasir yang halus sangat disukai oleh chelomiamydas.
Hampir setiap malam terdapat beberapa ekor penyu hijau yang melakukan pendaratan untuk bertelur, namun jumlahnya semakin menurun. Dulu sekitar tahun 1998, setiap malamnya hampir sekitar 60 (enam puluh) ekor penyu hijau mendarat untuk bertelur di Pantai Pangumbahan, namun saat ini jumlahnya semakin menurun untuk itulah Pemerintah Indonesia mengkategorikan Chelomiamydas dalam 6 (enam) binatang langka yang dilindungi dengan Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999 karena populasinya yang semakin sedikit dan menjadikan Pantai Pangumbahan sebagai salah satu pantai tempat konservasi penyelamatan Penyu Hijau yang saat ini termasuk sebagai binatang langka.
Demikianlah sebuah catatan singkat tentang sebuah daerah dengan nama yang unik UJUNG GENTENG.


Narasi by si Pena Tumpul
Photos by si Pena Tumpul dan Chitonk



Read More......

Rabu, 21 September 2011

- PURA ULUN DANU (DANAU BRATAN, BALI)

Di daerah Bedugul, Kabupaten Tabanan yang berjarak +/- 70 km dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali terdapat sebuah danau yang selalu diselimuti kabut dan berhawa sejuk. Danau itu dikenal dengan sebutan “Danau Bratan”, menurut mitos yang ada pada masyarakat Bali, Danau Bratan ini dahulunya merupakan danau terbesar di Bali. Namun setelah terjadinya gempa bumi yang sangat dahsyat, danau ini terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu Bratan, Tamblingan dan Buyan. Sedangkan nama Bratan sendiri diambil dari kata “Brata” yang berarti mengandalikan diri dengan menutup Sembilan Lubang Kehidupan untuk mencapai ketenangan agar dapat manunggal dengan alam dan berkomunikasi dengan Yang Maha Gaib.
Dipinggir danau Bratan terdapat sebuah pura yang dikenal dengan nama “Pura Ulun Danu”. Kata “Danu” sendiri adalah bahasa lokal Bali yang berarti “Danau” dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, berdasarkan lontar Babad Mengwi, pura ini dibangun oleh pendiri Kerajaan Mengwi, I Gusti Agung Putu sebelum I Gusti Agung Putu mendirikan Pura Taman Ayun. Namun dalam lontar tersebut tidak disebutkan kapan I Gusti Agung Putu mendirikan Pura Ulun Danu melainkan menyebutkan bahwa pendirian Pura Taman Ayun yang ditandai dengan upacara yang berlangsung pada hari Anggara Kliwon Medangsia tahun Saka Sad Bhuta Yaksa Dewa, yaitu tahun Caka 1556 atau 1634 Masehi. Semenjak pendirian pura tersebut termasyurlah Kerajaan Mengwi dan I Gusti Agung Putu digelari oleh rakyatnya sebagai “I Gusti Agung Sakti”. Berdasarkan penelitian lebih lanjut, ditemukan bukti – bukti yang sejalan dengan apa yang tercatat dalam lontar Babad Mengwi dan mengindikasikan bahwa Pura Ulun Danu Bratan dibangun sebelum tahun 1556 Caka. Salah satunya adalah dengan penemuan Sarkofagus (tempat penyimpanan jenasah yang umumnya terbuat dari batu) dan papan batu yang berasal dari kebudayaan Megalitik (kebudayaan batu) yang hidup sekitar +/- 500 SM. Dari penemuan tersebut, dapat dipastikan bahwa pura suci ini telah memiliki nilai – nilai religi sejak jaman batu. Hal tersebut tampak pada struktur Pura Ulun Danu yang menggambarkan pemujaan terhadap “Trimurti”, yaitu Siwa, Brahma dan Wisnu. Selain itu penemuan 3 (tiga) buah batu yang masing – masing berwarna “merah”, “hitam” dan “putih” pada tahun 1968 semakin menguatkan penelitian tersebut karena ketiga warna tersebut merupakan warna suci (Tri Danu) yang melambangkan Bhatara Brhama “Sang Pencipta” (warna merah), Bhatara Wisnu “Sang Penyeimbang” (warna hitam) dan Bhatara Siwa “Sang Pelebur” (warna putih).
Pura Ulun Danu Bratan ini terdiri dari empat bangunan suci, yaitu; Pura Lingga Petak dengan tiga tingkat “Meru” sebagai tempat pemujaan bagi dewa Siwa, Pura Penataran Puncak Mangu dengan 11 tingkat “Meru” sebagai tempat pemujaan dewa Wisnu, Pura Teratai Bang sebagai pura utama, dan Pura Dalem Purwa sebagai tempat pemujaan kepada Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Trimurti. Pura Dalem Purwa ini berfungsi sebagai tempat memohon kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan.

narasi disederhanakan dari wikipedia terjemahan bebas
photos by si pena tumpul

Read More......

Sabtu, 03 September 2011

- MUDIK



para pemudik yang memasuki statsiun Senen
Mudik adalah kegiatan perantau atau pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Tradisi mudik yang hanya ada di Indonesia ini merupakan tradisi tahunan yang selalu terjadi menjelang hari raya besar keagamaan, khususnya Idul Fitri atau Lebaran karena itulah saatnya untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga untuk sowan dengan orang tua. Pada saat mudik, kepadatan arus lalu lintas khususnya di wilayah Jawa dipastikan meningkat karena dipenuhi oleh barbagai macam kendaraan para pemudik yang biasanya didominasi oleh kendaraan bermotor roda dua (sepeda motor). Namun, moda angkutan umum yang masih menjadi primadona para pemudik adalah kereta api.
berebut masuk ke dalam gerbong
Harga tiket yang melambung tinggi tidak menyurutkan niat para pemudik untuk kembali ke kampung halamannya. Perjuangan dimulai dari mengantri tiket yang bisa memakan waktu berjam – jam atau harga yang sangat – sangat mencekik leher jika mencari melalui agen – agen penjualan resmi maupun tidak resmi sampai perebutan tempat duduk di dalam gerbong kereta api (karena pada saat mudik untuk kereta kelas tertentu tidak diberlakukan sistem tempat duduk). Perebutan tempat duduk atau setidaknya dapat masuk ke dalam gerbong yang terjadi di Stasiun Kereta Senen Jakarta merupakan pemandangan yang biasa pada saat mudik. Para pemudik pun rela berlama – lama menanti kedatangan kereta yang akan membawa mereka kembali ke kampung halamannya bahkan ada yang menginap di stasiun. Saat kereta api yang ditunggu datang, dorongan dan desakan menjadi hal yang biasa demi dapat terangkut pulang ke kampung halaman. Himbauan dari Kepala Stasiun yang menyatakan agar para pemudik tidak memaksakan diri untuk masuk ke dalam gerbong pun tidak lagi dihiraukan. Mereka tetap saling dorong, saling desak untuk dapat masuk ke dalam gerbong dengan berbagai barang bawaannya. Lokasi tempat dudukpun tidak lagi dihiraukan. Pintu – pintu gerbong pun penuh, bahkan toilet kereta api pun dapat menjadi tepat yang nyamam bagi pemudik.
toilet yang dijadikan tempat duduk selama perjalanan
Setelah dapat masuk kedalam gerbong dan mendapat posisi yang nyaman dalam gerbong, beberapa rekan atau keluarga pemudik akan membantu memasukan tas atau barang bawaan lainnya melalui jendela gerbong. Beberapa pemudik pun mulai membeli bekal yang akan menemani perjalan mereka. Bahkan kata – kata perpisahan atau selamat jalanpun diucapkan melalui jendela kereta.
belanja bekal
Perjuangan tahap 1 telah selesai. Saatnya kembali ke kampung halaman untuk bersilaturahmi dengan keluarga. Selamat jalan dan semoga selamat sampai ditempat tujuan masing – masing.

Yah, Indonesia memang “Indah” ..
Indah dalam Budaya .. Indah dalam Berbagi ..
“Indahnya berbagi keindahan Indonesia”


Read More......

Jumat, 19 Agustus 2011

- PANJAT PINANG

Esek – esek gedebuk …

Itulah kata - kata yang saya gambarkan dari usaha sekelompok anak muda yang mencoba memanjat sebuah pohon pinang yang telah dilumuri pelumas/oli untuk merebutkan bermacam hadiah yang dipasang pada sebuah lingkaran dipucuknya. Kegiatan yang marak dilombakan untuk memeriahkan hari Kemerdekaan Republik tercinta ini dikenal dengan nama Panjat Pinang. Biasanya dalam lomba Panjat Pinang, anak – anak muda tersebut dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yang masing – masing akan mencoba untuk memanjat batang pinang yang licin tersebut, sehingga sering kali jatuh dan itulah yang saya gambarkan sebagai “Esek – Esek Gedebuk”. Karena licin itulah para pemanjat batang pinang mengeluarkan akal dan kerjasama untuk memanjat batang pinag tersebut. Inilah yang menjadi atraksi menarik bagi para penonton dan menimbulkan gelak tawa dari penonton yang tidak membuat para peserta menjadi malu-malu untuk melakukan aksi dan candanya.
Bagi para penggila foto, lomba Panjat Pinang merupakan ajang untuk mendapatkan hasil foto human interest yang mengasyikan karena mereka dapat mengabadikan moment – moment menarik dalam lomba tersebut, seperti celana yang melorot, kepala yang terinjak dan lain sebagainya.
Panjat pinang sebenarnya telah dikenal dari zaman penjajahan dulu, karena pada hampir setiap acara hajatan besar seperti pernikahan yang diadakan oleh orang Belanda selalu diadakan acara Panjat Pinang untuk orang – orang pribumi. Hadiah yang diperebutkan biasanya bahan makanan seperti keju, gula, serta pakaian seperti kemeja, maklum karena dikalangan pribumi barang-barang seperti ini termasuk mewah. Acara panjat pinang merupakan hiburan bagi warga Belanda karena saat orang pribumi bersusah payah memanjat pohon pinang untuk memperebutkan hadiah, orang-orang Belanda menonton sambil tertawa.

Di saat sekarang ini, Panjat Pinang biasanya dilombakan untuk memeriahkan hari Kemerdekaan Indonesia bahkan di daerah Kalimalang, Jakarta Timur setiap tahunnya (kecuali tanggal 17 Agustus jatuh saat bulan puasa/ramadhan) selalu diadakan sebuah festival yang dikenal dengan nama Festival Kalimalang. Festival Kalimalang biasanya diadakan sejak hari Jum’at dan berakhir pada hari Minggu yang diisi dengan berbagai macam lomba yang semuanya dilakukan diatas aliran kali, seperti gebuk bantal, dayung perahu, tarik perahu, hiburan panggung dengan dikelilingi bazaar murah yang membuat suasana menjadi sangat ramai. Hari Minggunya merupakan puncaknya dari keseluruhan lomba, dimana diadakan lomba yang yang paling seru, yaitu lomba Panjat Pinang. Bahkan di Mamuju, Sulawesi Barat pada tahun 2008 untuk memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional dan hari jadi Mamuju ke 468 tahun terjadi pemecahan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk Panjat Pinang dengan jumlah pohon pinang terbanyak, yaitu 1.001 pohon yang diikuti oleh 5.005 peserta.
Di sisi lain, lomba Panjat Pinang sendiri mengandung nilai – nilai luhur, seperti kerja keras, pantang menyerah, dan kerja kelompok/gotong royong. Bahasa “keren”nya Panjat Pinang memiliki filosofy bahwa untuk mencapai sesuatu yang tinggi, tidaklah mudah dan ada banyak rintangan sehingga dibutuhkan perjuangan yang kadang mengakibatkan manusia jatuh dan kembali jatuh sebelum berhasil menggapainya seperti perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai Kemerdekaannya.
Demikianlah kepenggal kisah mengenai lomba Panjat Pinang yang selalu memeriahkan perayaan hari Kemerdekaan Indonesia.




Catatan si pena tumpul di kutib sebagian dari wikipedia terjemahan bebas
Photos by “si pena tumpul”
photos lainnya bisa dilihat di
http://www.facebook.com/media/set/?set=a.121463239708.100126.579909708&type=1

Read More......