Itulah kata - kata yang saya gambarkan dari usaha sekelompok anak muda yang mencoba memanjat sebuah pohon pinang yang telah dilumuri pelumas/oli untuk merebutkan bermacam hadiah yang dipasang pada sebuah lingkaran dipucuknya. Kegiatan yang marak dilombakan untuk memeriahkan hari Kemerdekaan Republik tercinta ini dikenal dengan nama Panjat Pinang. Biasanya dalam lomba Panjat Pinang, anak – anak muda tersebut dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yang masing – masing akan mencoba untuk memanjat batang pinang yang licin tersebut, sehingga sering kali jatuh dan itulah yang saya gambarkan sebagai “Esek – Esek Gedebuk”. Karena licin itulah para pemanjat batang pinang mengeluarkan akal dan kerjasama untuk memanjat batang pinag tersebut. Inilah yang menjadi atraksi menarik bagi para penonton dan menimbulkan gelak tawa dari penonton yang tidak membuat para peserta menjadi malu-malu untuk melakukan aksi dan candanya. 

Bagi para penggila foto, lomba Panjat Pinang merupakan ajang untuk mendapatkan hasil foto human interest yang mengasyikan karena mereka dapat mengabadikan moment – moment menarik dalam lomba tersebut, seperti celana yang melorot, kepala yang terinjak dan lain sebagainya.
Panjat pinang sebenarnya telah dikenal dari zaman penjajahan dulu, karena pada hampir setiap acara hajatan besar seperti pernikahan yang diadakan oleh orang Belanda selalu diadakan acara Panjat Pinang untuk orang – orang pribumi. Hadiah yang diperebutkan biasanya bahan makanan seperti keju, gula, serta pakaian seperti kemeja, maklum karena dikalangan pribumi barang-barang seperti ini termasuk mewah. Acara panjat pinang merupakan hiburan bagi warga Belanda karena saat orang pribumi bersusah payah memanjat pohon pinang untuk memperebutkan hadiah, orang-orang Belanda menonton sambil tertawa.
Di saat sekarang ini, Panjat Pinang biasanya dilombakan untuk memeriahkan hari Kemerdekaan Indonesia bahkan di daerah Kalimalang, Jakarta Timur setiap tahunnya (kecuali tanggal 17 Agustus jatuh saat bulan puasa/ramadhan) selalu diadakan sebuah festival yang dikenal dengan nama Festival Kalimalang. Festival Kalimalang biasanya diadakan sejak hari Jum’at dan berakhir pada hari Minggu yang diisi dengan berbagai macam lomba yang semuanya dilakukan diatas aliran kali, seperti gebuk bantal, dayung perahu, tarik perahu, hiburan panggung dengan dikelilingi bazaar murah yang membuat suasana menjadi sangat ramai. Hari Minggunya merupakan puncaknya dari keseluruhan lomba, dimana diadakan lomba yang yang paling seru, yaitu lomba Panjat Pinang. Bahkan di Mamuju, Sulawesi Barat pada tahun 2008 untuk memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional dan hari jadi Mamuju ke 468 tahun terjadi pemecahan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk Panjat Pinang dengan jumlah pohon pinang terbanyak, yaitu 1.001 pohon yang diikuti oleh 5.005 peserta.
Di sisi lain, lomba Panjat Pinang sendiri mengandung nilai – nilai luhur, seperti kerja keras, pantang menyerah, dan kerja kelompok/gotong royong. Bahasa “keren”nya Panjat Pinang memiliki filosofy bahwa untuk mencapai sesuatu yang tinggi, tidaklah mudah dan ada banyak rintangan sehingga dibutuhkan perjuangan yang kadang mengakibatkan manusia jatuh dan kembali jatuh sebelum berhasil menggapainya seperti perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai Kemerdekaannya. Demikianlah kepenggal kisah mengenai lomba Panjat Pinang yang selalu memeriahkan perayaan hari Kemerdekaan Indonesia.
Catatan si pena tumpul di kutib sebagian dari wikipedia terjemahan bebas
Photos by “si pena tumpul”
photos lainnya bisa dilihat di http://www.facebook.com/media/set/?set=a.121463239708.100126.579909708&type=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar