Selasa, 04 Oktober 2011

- UJUNG GENTENG

Nama daerah daerah yang terletak pada koordinat Global Positioning System (GPS) terletak di South 7.372260 dan East 106.402290 atau terletak di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi yang berjarak kurang lebih sekitar 220 kilometer dari Jakarta ini terdengar lucu, yaitu Ujung Genteng. Ujung Genteng merupakan daerah pesisir Selatan Pulau Jawa Bagian Barat yang memiliki karakteristik pantai Selatan Jawa pada umunya, yaitu airnya yang bersih dan ombaknya yang besar namun berbeda jauh dengan pantai Pelabuhan Ratu yang ombaknya terkenal ganas dan sering merenggut korban jiwa, pantai Ujung Genteng meskipun menghadap langsung (bebas) ke Samudra Hindia, ombaknya tidak membahayakan bagi para pelancong yang gemar bermain di laut. Hal ini karena adanya gugusan karang laut yang membentang sepanjang bibir pantai sehingga ombak besar dari tengah samudera lebih dulu pecah berserakan menghantam gugusan karang tersebut, sehingga para pelancong dari anak – anak sampai dewasa dapat dengan nyaman menikmati indahnya alam pantai dengan aman dan nyaman.
Penduduk Ujung Genteng sebagian besar berprofesi sebagai petani dan konon mereka adalah pendatang dari suku Jawa yang bermukim sehingga lambat laun berbaur dengan suku Sunda. Hal ini diperkuat dengan adanya Dermaga Tua yang konon pada masa Kolonial Belanda dijadikan sebagai tempat berlabuhnya kapal – kapal dagang yang berlayar di Samudera Hindia dan pada masa penjajahan Jepang, oleh tentara Nipon dermaga tersebut dijadikan sebagai tempat mengangkut hasil alam daerah Sukabumi ke tempat lain. Meskipun saat ini hanya tersisa puing – puing saja, namun tembok kokoh pemecah ombak dan pondasi mercusuar masih terlihat jelas.
Selain itu, di Ujung Genteng masih terdapat berbagai tempa tujuan wisata dan salah satunya yang paling banyak dikunjungi wisatawan adalah Air Terjun Cikaso atau dalam bahasa Sunda dikenal dengan nama Curug Cikaso. Curug yang mempunyai tinggi sekitar 30 (tiga puluh) meter ini mempunyai keunikan tersendiri, yaitu 3 (tiga) pancaran air yang berada pada 1 (satu) tebing yang sama.
Curug Cikaso terletak di desa Batusuhunan, Surade dengan jarak tempuh sekitar 1 jam dari Ujung Genteng. Untuk menuju lokasi curug dapat ditempuh dengan menyewa perahu yang disediakan oleh penduduk setempat selama 5 (lima) menit dengan tarif sebesar Rp80.000,- (delapan puluh ribu rupiah) per perahu yang dapat diisi sekitar 10 (sepuluh) orang setelah membayar restribusi masuk sebesar Rp2.000,- per orang. Ada 2 (dua) pendapat tentang saat yang paling tepat untuk mengunjungi Curug Cikaso, pertama pada musim penghujan karena debitnya yang tinggi membuat kita dapat menyaksikan kefantastikan Curug Cikaso. Pendapat lain, demi keamanan sebaiknya mengunjungi Curug Cikaso pada musim kemarau agar terhindar dari bahaya banjir tetapi semua dikembali kepada kita untuk memilih yang mana, yang penting ikuti selalu peraturan yang ada dan jangan langgar kesopanan setempat.
Selain curug Cikaso, masih banyak curug di wilayah Ujung Genteng dan yang cukup terkenal dan mudah dijangkau adalah curug Cigangsa. Curug Cigangsa yang boleh dikatakan sebagai Niagaranya Indonesia karena kita dapat menikmati curug tersebut dari atas yang hiasi dengan hijaunya pepohonan dan liku sungai dibawahnya.
Objek wisata selanjutnya adalah Pantai Cipanarikan atau yang lebih dikenal dengan nama Muara Cipanarikan yang merupakan tempat bertemunya Sungai Cipanarikan dengan Laut Selatan Jawa. Di muara ini Sungai Cipanarikan membentuk alur membelok sebelum masuk ke Laut Jawa sehingga membentuk hamparan pasir yang cukup luas. Di Muara Cipanarikan dapat ditemukan binatang – binatang laut seperti kepiting, belibis, biawak dan ikan – ikan muara serta jika beruntung kita dapat menyaksikan tenggelamnya matahari (sunset) yang romantis bersama sang kekasih. Muara Cipanarikan harus ditempuh dengan menggunakan ojek karena akses jalan yang cukup rumit dan agak mustahil untuk dilalui oleh kendaraan roda 4 (empat). Dan potensi wisata terbesar Ujung Genteng dan yang paling banyak diminati oleh para wisatawan (baik lokal maupun manca negara) adalah menyaksikan atau lebih tepatnya mengintip penyu hijau (cheloniamydas) bertelur dikawasan pantai Pangumbahan. Pantai yang terletak di Desa Gunung Batu Kecamatan Ujung Genteng dengan butiran pasir yang halus sangat disukai oleh chelomiamydas.
Hampir setiap malam terdapat beberapa ekor penyu hijau yang melakukan pendaratan untuk bertelur, namun jumlahnya semakin menurun. Dulu sekitar tahun 1998, setiap malamnya hampir sekitar 60 (enam puluh) ekor penyu hijau mendarat untuk bertelur di Pantai Pangumbahan, namun saat ini jumlahnya semakin menurun untuk itulah Pemerintah Indonesia mengkategorikan Chelomiamydas dalam 6 (enam) binatang langka yang dilindungi dengan Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999 karena populasinya yang semakin sedikit dan menjadikan Pantai Pangumbahan sebagai salah satu pantai tempat konservasi penyelamatan Penyu Hijau yang saat ini termasuk sebagai binatang langka.
Demikianlah sebuah catatan singkat tentang sebuah daerah dengan nama yang unik UJUNG GENTENG.


Narasi by si Pena Tumpul
Photos by si Pena Tumpul dan Chitonk



Tidak ada komentar: