Rabu, 21 September 2011

- PURA ULUN DANU (DANAU BRATAN, BALI)

Di daerah Bedugul, Kabupaten Tabanan yang berjarak +/- 70 km dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali terdapat sebuah danau yang selalu diselimuti kabut dan berhawa sejuk. Danau itu dikenal dengan sebutan “Danau Bratan”, menurut mitos yang ada pada masyarakat Bali, Danau Bratan ini dahulunya merupakan danau terbesar di Bali. Namun setelah terjadinya gempa bumi yang sangat dahsyat, danau ini terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu Bratan, Tamblingan dan Buyan. Sedangkan nama Bratan sendiri diambil dari kata “Brata” yang berarti mengandalikan diri dengan menutup Sembilan Lubang Kehidupan untuk mencapai ketenangan agar dapat manunggal dengan alam dan berkomunikasi dengan Yang Maha Gaib.
Dipinggir danau Bratan terdapat sebuah pura yang dikenal dengan nama “Pura Ulun Danu”. Kata “Danu” sendiri adalah bahasa lokal Bali yang berarti “Danau” dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, berdasarkan lontar Babad Mengwi, pura ini dibangun oleh pendiri Kerajaan Mengwi, I Gusti Agung Putu sebelum I Gusti Agung Putu mendirikan Pura Taman Ayun. Namun dalam lontar tersebut tidak disebutkan kapan I Gusti Agung Putu mendirikan Pura Ulun Danu melainkan menyebutkan bahwa pendirian Pura Taman Ayun yang ditandai dengan upacara yang berlangsung pada hari Anggara Kliwon Medangsia tahun Saka Sad Bhuta Yaksa Dewa, yaitu tahun Caka 1556 atau 1634 Masehi. Semenjak pendirian pura tersebut termasyurlah Kerajaan Mengwi dan I Gusti Agung Putu digelari oleh rakyatnya sebagai “I Gusti Agung Sakti”. Berdasarkan penelitian lebih lanjut, ditemukan bukti – bukti yang sejalan dengan apa yang tercatat dalam lontar Babad Mengwi dan mengindikasikan bahwa Pura Ulun Danu Bratan dibangun sebelum tahun 1556 Caka. Salah satunya adalah dengan penemuan Sarkofagus (tempat penyimpanan jenasah yang umumnya terbuat dari batu) dan papan batu yang berasal dari kebudayaan Megalitik (kebudayaan batu) yang hidup sekitar +/- 500 SM. Dari penemuan tersebut, dapat dipastikan bahwa pura suci ini telah memiliki nilai – nilai religi sejak jaman batu. Hal tersebut tampak pada struktur Pura Ulun Danu yang menggambarkan pemujaan terhadap “Trimurti”, yaitu Siwa, Brahma dan Wisnu. Selain itu penemuan 3 (tiga) buah batu yang masing – masing berwarna “merah”, “hitam” dan “putih” pada tahun 1968 semakin menguatkan penelitian tersebut karena ketiga warna tersebut merupakan warna suci (Tri Danu) yang melambangkan Bhatara Brhama “Sang Pencipta” (warna merah), Bhatara Wisnu “Sang Penyeimbang” (warna hitam) dan Bhatara Siwa “Sang Pelebur” (warna putih).
Pura Ulun Danu Bratan ini terdiri dari empat bangunan suci, yaitu; Pura Lingga Petak dengan tiga tingkat “Meru” sebagai tempat pemujaan bagi dewa Siwa, Pura Penataran Puncak Mangu dengan 11 tingkat “Meru” sebagai tempat pemujaan dewa Wisnu, Pura Teratai Bang sebagai pura utama, dan Pura Dalem Purwa sebagai tempat pemujaan kepada Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Trimurti. Pura Dalem Purwa ini berfungsi sebagai tempat memohon kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan.

narasi disederhanakan dari wikipedia terjemahan bebas
photos by si pena tumpul

Tidak ada komentar: