Senin, 05 Juli 2010

- BROMO

Tujuan trip kali ini adalah sebuah gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur, yaitu sebuah gunung yang dikenal dengan nama Bromo atau dalam bahasa Sansekerta/Jawa Kuna disebut Brahma, salah seorang Dewa utama agama Hindu.
Daya tarik gunung Bromo yang mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang dan merupakan salah satu gunung dari lima gunung yang terdapat di komplek Pegunungan Tengger di laut pasir adalah menyaksikan terbitnya sang surya yang jika langit cerah, bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek api kemudian perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh untuh dapat disaksikan secara langsung.
Namun matahari terbit lebih asyik jika dinikmati dari gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Namun medan yang harus dilalui merupakan medan yang berat karena untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat orang tersesat. Selanjutnya, harus mendaki dengan jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam yang membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi. Tetapi jangan kuatir karena telah tersedia banyak mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang siap untuk di sewa yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar yang ramah dengan para pengunjung. Dari gunung Pananjakan, juga dapat dinikmati keindahan alam yang menampakkan pemandangan gunung Bromo dengan gunung Batok di sisi Utara dan Gunung Kursi di Selatan yang disempurnakan oleh gunung Semeru yang menjulang lebih tinggi sebagai latar belakangnya. Atraksi selanjutnya adalah menikmati pemandangan lautan pasir yang terbentang antara bibir kawah Kaldera Tengger Kuno dan Bromo.

Daya tarik lainnya dari gunung Bromo yang adalah fenomena dan atraksi alami yang merupakan kekhasan gejala alam yang tidak ditemukan di tempat lain adalah adanya kawah di tengah kawah (creater in the creater) dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat) dan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah yang dikelilingi oleh hamparan laut pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Bagi pengunjung yang ingin melihat lebih dekat dan menghirup aroma asap vulkanik harus berjalan kaki atau menyewa kuda dengan harga yang cukup mahal sebelum kita harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 223 anak tangga beton yang telah disediakan.
Dan yang merupakan tradisi yang sangat ditunggu oleh para wisatawan baik manca negara maupun lokal adalah upacara Kasada di polen lautan pasair dan gunung Bromo yang diadakan setiap bulan Kasada pada hari ke-14. Seperti halnya daerah – daerah wisata lain di Indonesia, gunung Bromo dengan upacara Kasadanya pun mempunyai sebuah legenda sendiri…

“... Konon pada saat kerajaan Majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah, Dewa – dewa pun turut bingung mencari tempat pengungsian. Pada saat itulah dari Nirwana tampak sebuah gunung yang berdiri tegak dan diselimuti kabut putih, dewa – dewa pun turun mendatangi dan memeriksa kawasan sekitar gunung tersebut sampai akhirnya ditemukanlah sebuah tempat yang sangat cocok untuk bersemayam, yaitu di lereng gunung Pananjakan karena dari sana dapat terlihat matahari terbit disebelah Timur dan terbenam disebelah Barat. Namun tanpa mereka sadari, di tempat itu terdapat seorang pertapa yang setiap hari kerjanya hanya memuja dan mengheningkan cipta sampai akhirnya pertapa tersebut dikaruniai seorang anak laki – laki berwajah tampan dan aura cahayanya terang karena merupakan titisan jiwa yang suci. Bayi tersebut menampakkan kesehatan dan kekuatan yang luar biasa dan sejak dilahirkan bayi tersebut sudah dapat berteriak. Genggaman tangan dan tendangan kakinya pun sangat kuat sehingga dinamakanlah Joko Seger yang artinya Joko yang sehat dan kuat.
Ditempat lain di sekitar gunung Pananjakan, lahir juga seorang bayi perempuan yang juga merupakan titisan dewa dengan paras yang sangat cantik. Namun sifat bayi perempuan tersebut sangat berbeda dengan sifat Joko Seger, karena dia sangat tenang bahkan lahir dari rahim ibunya tanpa menangis. Oleh orang tuanya, bayi perempuan itu dinamai Rara Anteng.
Dari hari ke hari, Joko Seger dan Rara Anteng tumbuh besar dan garis – garis kecantikan mulai tampak jelas di wajah Rara Anteng. Kecantikannya pun termasyur ke berbagai tempat bahkan banyak putera raja yang datang melamarnya. Namun semua pinangan itu ditolak Rara Anteng karena hatinya telah terpikat pada Joko Seger. Hingga sampai pada suatu hari, datanglah lamaran dari seorang Bajak yang terkenal sakti dan sangat jahat. Rara Anteng tidak berani menolak lamaran Bajak itu maka Rara Antengpun meminta dibuatkan sebuah lautan di tengah – tengah gunung dengan alat yang hanya berupa sebuah tempurung (batok) kelapa. Lautan itu harus selesai dibuat sejak saat matahari terbenam hingga matahari terbit keesokan harinya atau dengan kata lain harus selesai dalam waktu 1 (satu) malam.
Dengan kesaktiannya, Bajak tersebut mulai membuat lautan permintaan Rara Anteng dan sudah hamper selesai meskipun fajar belum menampakkan dirinya di ufuk Timur. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah karena dia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak dicintainya. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Tiba-tiba sebuah gagasan untuk mulai menumbuk padi meskipun hari masih malam. Mulailah Rara Anteng menumbuk padi, pelan - pelan suara tumbukan dan gesekan alu Rara Anteng membangunkan ayam - ayam yang sedang tidur dan kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba meskipun penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi.
Sang Bajakpun menjadi bingung mendengar ayam-ayam berkokok karena benang putih disebelah Timur belum juga nampak. Itu berarti fajar datang sebelum waktunya yang berarti permintaan Rara Anteng tidak dapat dipenuhinya. Dengan kesal, dilemparnya batok kelapa yang digunakan sebagai alat pengeruk pasir dan jatuh tertelungkup di samping gunung Bromo. Batok kelapa itupun akhirnya berubah menjadi sebuah gunung yang saat ini dikenal dengan nama gunung Batok. Dengan kegagalan Bajak membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Diapun akhirnya hidup berbahagia dengan Joko Seger sebagai pasangan suami istri.
Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, yang artinya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi.
Meskipun masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian Rara Anteng dan Joko Seger memutuskan untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa di gunung Bromo agar karuniai keturunan.
Dalam semedinya, mereka mendengar suara gaib yang mengatakan semedi mereka mendapatkan keturunan, namun anak yang bungsu mereka harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger menyanggupi syarat tersebut, kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri. Dari 25 orang putra – putrid, Dewi Kuesuma merupakan putri bungsu dari pasangan Rara Anteng dan Joko Seger sehingga merupakan anak yang harus dikorbankan ke kawah gunung Bromo. Namun pada saat yng telah ditentukan untuk mengorbankan Dewi Kesuma ke kawah Bromo, Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji karena sebagai orang tua tetaplah mereka tidak tega bila harus kehilangan anak bungsunya. Dewa – dewa pun menjadi marah dan menimpakan malapetaka kepada masyarakat Tengger. Langitpun menjadi gelap gulita dan dari kawah Bromo menyemburlah api. Murka Dewa – dewa membuat masyarakat Tengget menderita. Melihat penderitaan masyarakat Tengger akibat murka Dewa – dewa, Dewi Kesuma pun memutuskan untuk mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan masyarakat Tengger. Dewi Kesuma pun menyampaikan niatnya kepada kedua orang tuanya dan dengan sangat berat hati, Rara Anteng dan Joko Seger pun mengabulkan niat Dewi Kesuma.
…”.Bersama – sama dengan orang tua dan saudara – saudarnya, Dewi Kesuma pun berangkat menuju gunung Bromo. Seampainya di pinggit kawah gunung Bromo, Dewi Kesuma pun menjatuhkan dirinya ke dalam kawah. Bersamaan dengan hilangnya Dewi Kesuma dari pandangan, terdengarlah suara gaib yang mengatakan “… Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Hyang Widi di kawah Gunung Bromo ..."
Permintaan Dewi Kesuma ini terus dilakukan oleh masyarakat Tengger secara turun temurun setiap tahun yang dikenal dengan nama upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.

Demikianlah sedikit info tentang Gunung Bromo dan legenda tentang Upacara Kasada Gunung Bromo. Semoga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang indahnya alam Indonesia.

Syalom ..
disadur dari Wikipedia terjemahan bebas

Photoes by Adji and Herita





Tidak ada komentar: